Senin, 30 Mei 2011

Sedikit Tentang Terapi Musik

Sedikit Tentang Terapi Musik



Sedikit Tentang TERAPI MUSIK
Oleh Arifin Mohommad
*dari berbagai sumber

Terapi musik adalah salah satu dari program rehabilitasi untuk pengembangan keterampilan yang dilaksanakan terhadap seseorang (anak). Bisa saja si anak sudah menguasai atau belum sama sekali. Program-program yang dimaksud adalah snoezellen. Dalam prosesnya, seorang anak akan dibantu oleh seorang (atau lebih) profesional agar mencapai hasil seperti yang diharapkan.

Snoezellen berasal dari kata snuffelen (to sniff/aktif/eksplorasi). Karena itu, bisa diartikan sebagai suatu aktivitas yang mempengaruhi CNS, central nervous system, melalui media stimulasi pada area visual, auditori, tacticle (sentuhan), taste (rasa/pengecapan), dan pemahaman sikap tubuh pada sistem vestibular (keseimbangan) dan proprioception (gerakan persendian) untuk relaksasi atau aktivitas untuk meningkatkan kualitas hidup.

“Anak saya sulit berkonsentrasi!”, kata seorang ibu di ruang tunggu sebuah treatment centre di bilangan Kebayoran Baru.

Setelah dilakukan observasi dan assesment secara terpadu oleh sekelompok profesional (dokter anak, psikolog, psikiater anak dan terapis) ternyata, anaknya disarankan melaksanakan beberapa macam terapi. Salah satunya terapi musik!

Apalagi kalau sedang marah, diganggu kakaknya misalnya, masih cerita ibu tadi, suasana hatinya sepanjang hari akan kacau berkepanjangan, uring-uringan, tak bisa mengontrol emosinya. Bahkan tak jarang menampakkan dampak yang buruk. Ia bisa kencing di celana tanpa sadar. Karena itu, anak semakin rendah diri.


Sebenarnya, terapi musik khususnya snoezellen tidak hanya sebatas pada stimulasi. Namun juga pada aktivitas ataupun permainan yang mengarah pada kesenangan. Manfaat yang bisa diperoleh antara lain adalah:

1. Memberi kesempatan untuk relaksasi, berekspresi dan eksplorasi
2. Memperkenalkan stimulasi dasar pada anak yang mengalami gangguan perkembangan
3. Berlatih dan belajar tentang kewaspadaan/kesadaran pada kenyataan dunia dengan cara melatih perhatiannya.
4. Membangun rasa saling percaya antara anak, guru, terapisnya yang pada gilirannya nanti bisa meluas dan mampu bersosialisasi dengan baik tanpa harus rendah diri.

Daya kekuatan musik barangkali lebih dramatis dari apa yang ditunjukkan oleh penelitian Dr. Alfred Tomatis, MD peletak dasar teori terapi musik “gebrakan besar dalam daya kreatif dan penyembuhan oleh suara dan musik pada umumnya dan efek Mozart pada khususnya!”

Sebagai orang pertama yang memahami fisiologi yang membedakan antara ‘mendengarkan’ (listening) dan ‘mendengar’ (hearing), Alfred Tomatis menciptakan model tentang pertumbuhan telingan dan perkembangannya dengan meninjau cara kerja sistem vestibular atau kemampuan untuk memberikan keseimbangan dan mengatur gerakan otot-otot internal. Karena itu, musik diyakini mampu menghibur jiwa, membangkitkan semangat serta menjernihkan pikiran dan mampu mengusir kesedihan.

Musik Mozart niscaya mempengaruhi yang mendengarkan bahkan sangat mungkin bisa memperbaiki persepsi spasial dan mampu memperjelas bentuk komunikasi yang dikehendaki oleh hati maupun pikiran. Irama, melodi dan frekuensi (tingggi) Mozart mampu merangsang dan menjangkau wilayah-wilayah kreatif dan memotivasi otak. Begitu murni dan sederhana. Transparansi, lekuk-lekuk dan irama di dalam ruangan terbuka dalam mengubah dan menjelajah jiwa (soul). Kekuatan musik Mozart sangat beragam, tergantung gubahannya, pemusiknya, pendengarnya, sikap tubuh saat mendengarkan dan banyak faktor lagi.

Bisa dimaklumi, konon saat Mozart masih dalam kandungan, setiap hari ia ‘wajib’ mendengar musik terutama permainan biola ayahnya. Mungkin, tanpa disadari semua itu meningkatkan perkembangan neurologisnya serta membangkitkan irama-irama kosmik dalam rahim ibunya.

Selain darah musik yang kental di tubuh Mozart – ayahnya seorang pemimpin orkes, ibunya anak seorang musisi - adalah suasana musikal semenjak kecil di lingkungannya membuat Mozart ‘matang’ di dunia musik.

Usia 12, tanpa kenal lelah Mozart bekerja dalam dunianya, dunia musik. Tak kurang 17 opera, 41 simfoni, 27 konserto untuk piano dan musik-musik untuk organ, klarinet dan alat musik lain diselesaikan dengan sangat bagus. Sampai akhir hayatnya, Mozart telah melahirkan tak kuran 626 gubahan besar. Karya-karyanya selalu diwarnai nuansa damai, tak pernah ada gejolak.

Orang seringkali mendengarkan musik hanya sambil lalu, tanpa menyadari pengaruhnya. Padahal musik sangat (bisa) merangsang dan menghanyutkan jiwa atau biasa-biasa saja atau bahkan terlalu invasive. Yang jelas, musik sangat bisa mempengaruhi fisik maupun mental. Untuk bisa mengatakan bahwa musik mampu ‘berperan’ bagi kehidupan manusia kita harus meninjau lebih dalam apa sesungguhnya yang bisa kita peroleh dari musik.

Sungguh terapi musik bisa diandalkan demi tujuan-tujuan tersebut di atas. Berikut manfaat dari program terapi musik:

• Mampu menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan
• Mampu memperlambat dan menyeimbangkan gelombang dalam otak
• Mempengaruhi pernafasan
• Mempengaruhi denyut jantung, nadi dan tekanan darah manusia
• Bisa mengurangi ketegangan otot dan pemperbaiki gerak dan koordinasi tubuh
• Bisa mempengaruhi suhu tubuh manusia
• Bisa meningkatkan endorfin
• Bisa mengatur hormon (hubungannya dengan stress)
• Mengubah persepsi tentang ruang dan waktu
• Bisa memperkuat memori dan kemampuan akademik
• Bisa merangsang pencernaan
• Bisa meningkatkan daya tahan tubuh manusia
• Bisa meningkatkan penerimaan secara tak sadar terhadap simbolisme
• Bisa menimbulkan rasa aman dan sejahtera
• Bisa mengurangi rasa sakit
• Barangkali masih banyak yang bisa dilakukan oleh musik sebagai terapi

Memang hingga saat ini belum ada jawaban yang meyakinkan mengapa musik mampu mempengaruhi jiwa seseorang. Namun, secara empirik telah bisa dibuktikan manfaat-manfaatnya. Nah, apakah kita masih kurang yakin?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar